Langsung ke konten utama

Masa Itu



Ketika hujan kali ini
Membawa semua kenangan terputar kembali
Senyumnya dikala itu
Didekat tiang sang saka
Hanya sepintas dan lalu pergi
Putih merah yang kupakai waktu itu
Dengan topi tut wuri handayani
Berdiri bangga membawa predikat 3 besar
Iya, tidak hanya itu, dia juga melihatku
Entak aku yang terlalu dini menyimpulkan
Atau memang rasa ini yang sendirinya bicara
Hanya hitungan bulan kau tak disini lagi
Ketika bertubi ujian harus kau jalani demi asa
Satu hari yang kuingat
Aku  paksa diriku menghadap
Aku tantang mata ini menatap
Aku cari di setiap meja berlabel
Dan kini ku tahu namamu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RASA

Datang tak disengaja Tak ku catat persisnya Yang ku rasa hanya berbeda Setiap mata ini saling bertemu Seketika ku palingkan Agar tak terlihat rona merah dipipi ini Namun waktu harus ku hargai Karena berjumpa jarang ku temui Dan ku haruskan tangan ini Mendarat mulus disela-sela jarinya Berusaha menutupi gejolak hati Fikiranku tak karuan Nadiku seakan berlari kencang Ya aku menutupi Agar seperti ini masih bisa ku rasakan Tanpa terbatas keadaan Walau bahagia hanya milikku seorang

HAK ANAK PEREMPUAN YANG TERAMPAS

HAK ANAK PEREMPUAN YANG TERAMPAS  Mata Kuliah Kesenjangan dan Eksklusi Sosial Disusun Oleh : Rizky Nur Pradhana S          ( 155120101111011 ) Bharliantina Tri H                   (155120107111032) Secara global tercatat lebih dari 700 juta perempuan yang hidup saat ini menikah sebelum usia 15 tahun atau ketika masih anak-anak.  Di Indonesia, prevalensi pernikahan usia dini atau anak telah mengalami penurunan lebih dari dua kali lipat dalam tiga dekade terkahir ini. Namun, Indonesia masih merupakan salah satu negara yang tertinggi dalam permasalahan pernikahan usia dini di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Sehingga masalah pernikahan usia dini dirasa masih pantas untuk dikaji dengan tujuan untuk dapat memberikan sebuah solusi. Masalah pernikahan dini erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi yang diperumit dengan tradisi dan bu...

Teruntuk Engkau yang Ku Sayang.

Aku terdiam, duduk termenung berteman rintikan hujan di senja malam yang sunyi. Disini ada sebuah rahasia. Dimana awan tak hentinya menangis entah karena apa. Batinku tersayat sebuah pisau yang tumpul. Tubuhku teraniaya oleh cambuk dunia. Otakku buntu tersumbat tumpukan penat. Jiwaku berperang dalam hiruk pikuknya kehidupan. Mungkin ini tak seberapa di banding dia yang disana. Yang telah lama menahan bahagianya demi 3 orang yang selalu ada disisinya. yang selalu tertunduk d sepertiga malamnya. Dia hidup untuk sebuah kehampaan. Hanya kurcaci-kurcaci kecil inilah yang mampu merubah keriput wajahnya menjadi sinar penuh suka cita. Inilah raganya yang sebenarnya. Jiwanya tetap tegar hanya untuk KITA. Dan aku harap akan selalu ada skenario indah Tuhan untukmu, IBU.